This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 29 Agustus 2009

Aksara Batak


Belajar Aksara Batak amatlah mudah. Ke-19 aksara yang ditambah beberapa tanda diakritik dapat cepat dipahami.

Aksara

Semua ina ni surat yang berupa konsonan berakhir dengan bunyi /a/ (bp bapa).
 
Karo
Pakpak
Simalung.
Toba
Mandail.
a
a
a
a
a
a
ha
a
a
k
h
h
ka
k
k
k
k
k
ba
b
b
b
b
b
pa
p
p
p
p
p
na
n
n
n
n
n
wa
w
w
w
w v
w
ga
g
g
g
g
g
ja
j
j
j
j
j
da
d
d
d
d
d
ra
r
r
r
r
r
ma
m
m
m
m
m
ta
t
t
t
f t
t
sa
s
s
s
s
s
ya
y
y
y
y
y
nga
<
<
<
<
<
la
l
l
l
l
l
nya
 
 
[
[
[
ca
c C
c
 
 
c
nda
q
 
 
 
 
mba
B
 
 
 
 
i
I
I
I
I
I
u
U
U
U
U
U

Tanda Diakritik (Anak ni surat)

Untuk menambah bunyi vokal, bunyi sengau dan bunyi /h/ serta untuk mematikan bunyi /a/ perlu ditambah beberapa tanda diakritik:
 
Karo
Pakpak
Simal.
Toba
Mand.
-e
Be
Be
 
 
 
-e
BE
BE
BE
BE
BE
-i
Bi B=
Bi
Bi
Bi
Bi
-o
Bo BO
Bo
Bo
Bo
Bo
-ou
 
 
BO
 
 
-u
Bu
Bu
Bu
Bu
Bu
-ng
B^
B^
B^
B^
B^
-h
Bh
Bh
Bh
 
 
-
B-
B\
B-
B\
B\
Bunyi /a/ ini dapat dihapus dengan menggunakan tanda mati yang berbentuk garis miring terbalik.: lk\lk\ laklak. Bunyi /a/ yang melekat pada ina ni surat dapat diubah menjadi vokal lain dengan menambahkan anak ni surat. Huruf g /ga/ misalnya dapat diubah menjadi gE /ge/ seperti dalam kata bligE Balige. Selain itu, ada dua diakritik yang menambahkan bunyi /ng/ atau /h/ pada ina ni surat, contohnya adalah b^kr Bangkara, atau rumh rumah [K]. Dua jenis diakritik dapat dikombinasikan: pti^ pating [K], reh reh [K]. Bila terdapat kombinasi dari anak ni surat yang letaknya di belakang ina ni surat (yakni i, u, atau e) dan anak ni surat /h/ atau /ng/ (yang terletak di atas-kanan ina ni surat) maka anak ni surat /h/ atau /ng/ agak bergeser ke kanan sehingga posisinya tepat di atas anak ni surat i, u, atau e. Perlu dicatat bahwa aturan ini tidak selalu dipatuhi. Pada suku kata tertutup yang terdiri dari urutan Konsonan - Vokal - Konsonan, anak ni surat yang menandai vokal selalu diletakkan di antara ina ni surat yang kedua dan tanda mati seperti terlihat pada contoh ini: gko\ gok; borti- borit [S]; sni-tk- sintak [K].

Aksara /a/ dan /h/

Menurut Voorhoeve , makna asli huruf a adalah /ha/ dan huruf k bermakna /ka/, tetapi dalam dialek-dialek selatan a selalu dieja /a/ dan k bermakna /ha/ atau /ka/. Pada kelompok Batak Utara, a selalu bermakna /a/ atau /ha/ dan k menjadi /ka/ seperti dapat dilihat pada tabel berikut:
Karo
aku aku
 
Simalungun
aK ahu
Pakpak
aK aku
 
Toba
aK ahu
 
 
 
Mandailing

Huruf a juga digunakan sebagai penopang vokal. Karena surat Batak hanya mengenal dua ina ni surat yang bermakna vokal, ialah /i/ dan /u/, maka huruf a dipakai bila vokal-vokal /e/, /e-pepet/, dan /o/ berada pada awal suku kata. Dengan demikian aE dibaca /e/, ao dibaca /o/ dan sebagainya: aEtkE\ etek, aakE\ aek, amo\P ompu, ani\d inda, aN\d^ undang (perihal kedua contoh terakhir lihat juga bab 7.3).

Aksara /i/ dan /u/

Aksara ina ni surat I/i/ dan U/u/ hanya digunakan di awal suku kata terbuka (UL ulu, pIpaingot). Bila sebuah suku kata tertutup diawali dengan bunyi [i] atau [u] maka vokal tersebut diwakili oleh kombinasi huruf a dan anak ni surat /i/ atau /u/ (aM\pm umpama, ani\D^ indung). Aturan ini juga berlaku bagi suku kata yang dimulai dengan vokal-vokal lainnya: (amo\P ompu, aolo olo, aems- emas [K]).*K Di surat Batak versi Karo, huruf I dan U boleh dipakai, boleh tidak. Di mana pun posisinya, I selalu dapat diganti dengan ai, dan U boleh diganti dengan au. Dengan demikian, kata iluh dapat ditulis ailuh atau Iluh. Di semua surat Batak lainnya terdapat kecenderungan untuk selalu menggunakan I dan U bila berada pada posisi awal suku kata terbuka.

Vokal Ganda dan Diftong - Aksara /w/ dan /y/

Karena fonem [y] dan [w] tidak terdapat pada bahasa Batak Toba, maka aksara /ya/ dan /wa/ tidak perlu bila menulis surat Batak versi Toba. Namun demikian, huruf y /y/ dan w /wa/ sering dipakai, juga dalam naskah-naskah Batak Toba, untuk menyambungkan dua vokal. Kata reak, misalnya, dapat ditulis reak\ atau reyk\ dan demikian juga terdapat varian Da (dua) dan Dw (duwa). Tidak jarang kita menjumpai kedua varian pada satu naskah.Di Karo dan Simalungun vokal ganda selalu harus disambungkan dengan menggunakan w dan y. Dalam surat Batak versi Karo, kata sea selalu ditulis sEy (seya) dan tidak pernah sEa (sea); demikian juga dengan kata dua yang harus ditulis duw. Di semua surat Batak, w dipakai untuk menyambung vokal ganda yang dimulai dengan vokal /u/ atau /o/ (yakni ua, oa, oe, dan ue), sedangkan y menyambung vokal ganda yang berawal /e/ atau /i/ (yakni ia, io, ea, dan eo). *K Di Karo, diftong [ai] biasanya ditulis /e/: kata nai biasanya ditulis nE (ne), tetapi kadang-kadang varian nyi (nayi) digunakan juga. Setahu saya, kebiasaan ini hanya ada di Karo, sedangkan dalam naskah-naskah Toba dan Mandailing diftong [ai] seperti dalam contoh kata sai selalu ditulis sai (sai), dan dalam hal ini s mewakili /sa/ dan ai /i/. Diftong [au] tidak lazim digunakan di Karo. Di antara beberapa kata yang menggunakan diftong [au] terdapat kata lau (air, sungai) dan laut (laut). Dalam naskah-naskah Karo, lau selalu ditulis layo, dan laut selalu ditulis lawit. Dalam naskah Toba dan Mandailing, diftong /au/ selalu ditulis seperti dalam kata saT\, yaitu s /sa/ - aT\ /ut/. *S Pada naskah Simalungun huruf w dan y sering digunakan untuk menulis kata yang berawal vokal. Dengan demikian, ulang sering ditulis wulang, dan on ditulis won. Kata yang berawal bunyi /i/ dan /e/ juga sering ditulis dengan y. Diftong [ei] sering terdapat dalam bahasa Simalungun, misalnya dalam kata atei atau tarsulei. Kedua kata ini biasa ditulis atE ate dan tr-SlE tarsule. Kadang-kadang huruf /ya/ dipakai untuk menambah vokal /i/: atEyi atei, tr-SlEyi, tarsulei.

Nasalisasi dan aksara /mba/ dan /nda/ (K)

Salah satu ciri khas surat Batak versi Karo adalah bahwa bunyi sengau [m], [n], dan [ng] yang terdapat sebelum konsonan /b/, /c/, /d/, /g/, /j/, /k/, dan /p/ tidak ditulis. Dengan demikian, kata panta selalu ditulis pt. Demikian juga dengan kata tonggal yang selalu ditulis togal, banci menjadi baci, nangkih menjadi nakih, sampur menjadi sapur dan sebagainya:
banci
=baci
bci
 
tonggal
=togal
togl-
nande
=nade
ndE
 
lanja
=laja
lj
sampur
=sapur
spru-
 
tangkal
=takal
tkl-
Demikian juga dengan kata nande yang sering ditulis nade, dan kata mambur yang sering ditulis mabur walaupun terdapat aksara /nda/ dan /mba/. Tingkat penggunaan kedua aksara tersebut tidak terlalu tinggi. Hanya sekitar 40% naskah Karo yang menggunakan aksara itu. Kemungkinan besar kedua aksara tersebut masih relatif baru, meskipun telah digunakan pada naskah Karo yang paling lama. Perlu dicatat bahwa umur naskah-naskah Karo yang berada di museum-museum di dalam dan di luar negeri jarang melebihi 120 tahun.

Kendala Morfemik

Seperti sudah disebut di atas, surat Batak sebenarnya bukan abjad karena tidak benar-benar fonetis. Hal itu juga tampak dari kenyataan bahwa hanya seorang yang mengetahui bahasanya dapat menulis surat Batak. Jika kita disuruh menulis kata marina dengan menggunakan huruf Latin, kita dapat melaksanakan hal itu dan bisa menulis kata yang diucapkan tadi tanpa kesalahan walaupun kita tidak mengerti katanya. Ialah karena abjad Latin pada hakikatnya fonetis. Lain halnya jika kita disuruh menulis kata yang sama dengan surat Batak. Jika kita tidak menguasai bahasa Batak Toba, tentu kita akan menulis mrin karena kita tidak tahu bahwa kata marina terdiri atas dua morfem yakni awalan {mar} dan kata dasar {ina}. Struktur morfemik inilah yang turut mempengaruhi cara menulis surat Batak, dan ada kecenderungan untuk menandai batas-batas morfemis dengan menulis mr\In Demikian juga dengan kata taringot tr\I atau parulian pr\Ulian\. Perlu dicatat, bahwa aturan ini tidak selalu diperhatikan oleh penulis naskah-naskah Batak. Cukup banyak naskah yang menulis kata maringan mri dan bukan mr\I.

Konsonan ganda

*KP Dalam bahasa Karo dan Pakpak terdapat banyak kata yang mempunyai struktur KVKVK di mana vokal pertama merupakan pepet (e lemah). Dalam hal ini, konsonan yang mengikuti pepet itu dapat dieja ganda: misalnya kata belin 'besar' bila diucapkan pelan-pelan ejaan menjadi bel-lin. Dengan demikian, struktur kata sebenarnya bukan KVKVK, melainkan terdiri dari dua suku kata yang masing-masing berbunyi KVK. Penulisannya bisa belni- belin atau ble-lni- bellin. Contoh lain adalah: be-ne dan ben-ne, te-mbe dan tem-mbe dan sebagainya. Penggandaan konsonan seperti itu adalah gejala yang umum sekali dalam naskah Pakpak dan Karo.

Awalan -er

*K Pada naskah Karo awalan er- selalu menjadi re-, misalnya erkeriken ditulis rekeriken. Hanya pada beberapa naskah saja terdapat bentuk are-kerikne- (herkeriken).

DAFTAR MARGA-MARGA ORANG BATAK & NIAS

menurut abjad

[ Angkola/Mandailing | Karo | Pakpak-Dairi | Simalungun | TOBA | Nias | Batak Kluet]



 
Ajartambun Harefa Meha Saragi Sinurat
Akarbejadi Harianja Meliala Saragih Sinuraya
Ambarita Haro Mendrofa Saributua Sinusinga
Angkat Hasibuan Mismis Saruksuk Sipahutar
Aritonang Hasugian Muham Sarumpaet Sipanggang
Aruan Hulu Munthe Selangit Sipangkar
Babiat Hutabagas Nababan Sembiring Sipayung
Babo Hutabalian Nadapdap Seribu Sirait
Baeha Hutabangun Nadeak Siadari Sirandos
Bako Hutabarat Nahampun Siagian Siregar
Bahorok Hutagalung Nahulae Siahaan Siringkiron
Bakara Hutagaol Naibaho Siallagan Siringoringo
Banjarnahor Hutahaean Naiborhu Siambaton Sitanggang
Banjarkasi Hutajulu Nainggolan Siampapaga Sitepu
Bangkiang Hutapea Naipospos Sianipar Sitindaon
Bangun Hutasoit Nalu Sianturi Sitinjak
Bansin Hutasuhut Namasuro Sibabiat Sitio
Banuarea Hutaurat Namohaji Sibagariang Togatorop
Baringbing Hutauruk Napitu Sibangebange Sitohang
Baruara Jadibata Napitupulu Sibarani Sitompul
Barus Jambe Nasution Sibayang Sitorus
Basilan Jampang Ndruru Sibero Situa
Basirun Jawak Ompusunggu Siboro Situmeang
Batuara Jung Ongkor Siburian Situmorang
Batubara Jurung Padang Sibuaton Situngkir
Bawo Kabak Pakpahan Sibuea Solia
Benjerang Kaban Pandebayang Sidabalok Solin
Beringin Kacaribu Pandia Sidabutar Sormin
Berampu Kacinambun Pandiangan Sidabungke Sugihen
Berasa Karokaro Pane Sidahapintu Sukatendal
Berutu Kasilan Pangaribuan Sidari Surbakti
Binjori Keliat Panggabean Sidauruk Tamba
Bintang Keling Panjaitan Sidebang Tambak
Biru Keloko Parapat Sigalingging Tambunan
Boang_Manalu Kembaren Parbesi Sigiro Tampubolon
Bolahan Kemit Pardede Sihaloho Takar
Boliala Ketaren Pardosi Sihite Tanjung
Bondar Kian Parhusip Sihombing Tarigan
Bondong Kombara Parinduri Sihole Tarihoran
Brahmana Kudadiri Parmentin Sihotang Tegur
Bukit Laksa Pasaribu Sijabat Tekang
Bunuhaji Lambe Pase Silaban Telaumbanua
Butarbutar Lambosa Pasi Silaen Telun
Bu'ulolo Larosa Pelawi Silalahi Tendang
Capah Lase Pekan Silali Tinambunan
Cambo Lausan Pencawan Silitonga Tinendung
Cibero Lembong Penggarun Silo Torong
Colia Limbong Peranginangin Simaebang Tumangger
Daeli Lingga Perbesi Simalango Tumanggor
Dalimunthe Lubis Pinayungan Simamora Turnip
Damanik Lumbanbatu Pinem Simandalahi Turutan
Daparik Lumbangaol Pintubatu Simangunsong Ujung
Debataraja Lumbannahor Pohan Simanjorang Ulunjadi
Depari Lumbanpea Porti Simanjuntak Uwir
Daransi Lumbanraja Pulungan Simanungkalit Wuruwu
Dasopang Lumbansiantar Purba Simaremare Zai
Daulay Lumban_Tobing Pusuk Simargolang Zebua
Doloksaribu Lumbantoruan Rajagukguk Simarmata Zega
Dongoran Lumbantungkup Rambe Simarsoit Zendrato
Gaja Maha Ramu Simatupang
Ganagana Maharaja Rangkuti Simbolon
Garamata Malau Rea Simorangkir
Gea Maliam Ritonga Sinabariba
Gerneng Manalu Rumahorbo Sinabalok
Gersang Manihuruk Rumapea Sinabutar
Ginting Manik Rumasingap Sinaga
Girsang Mano Rumasondi Sinambela
Gorat Manullang Sabab Sinamo
Gulo Manurung Sagala Singarimbun
Gultom Marbun Saing Sinubulan
Gurning Marpaung Sambo Sinuhaji
Gurupatih Martumpu Samosir Sinulaki
Gurusinga Masaro Samusra Sinulingga
Habeahan Matanari Sapa Sinukaban
Halihi Matondang Sapiam Sinukapar
Harahap Matung Saraan Sinupayung

Suhi ni Ampang Na Opat

Suhi ni Ampang Na Opat

Pada pesta perkawinan yang mutlak (martohonan) adalah Suhi ni Ampang Naopat : yaitu :

1. Pihak Paranak (pengantin laki-laki) yang menerima ulos :
* Ulos Pansamot : Orangtua pengantin
* Ulos Paramaan : Abang / adik orangtua pengantin
* Ulos Todoan : Abang Adik dari Ompung suhut pengantin
* Ulos Sihunti Ampang : saudara perempuan dari Pengantin (ito) atau saudara perempuan dari orangtua pengantin (Namboru)
2. Pihak Parboru (pengantin wanita) yang menerima sinamot :
* Si jalo bara / Pamarai : Abang / adik dari pengantin
* Si jalo upa tulang : Tulang dari Pengantin
* Si jalo Todoan : abang / adik Ompung Suhut pengantin atau Simandokkon yaitu ito Pengantin (disesuai Hasuhuton & Tonggo Raja)
* Si jalo Upa Pariban : kakak atau Namboru Pengantin